"Bisakah kamu memberitahuku bagaimana cara ke apartemen temanku?"
Aku berputar-putar dan melihat perempuan tinggi berdiri disana. Pakaiannya terlihat compang-camping, dan kakinya kurus. Dengan melihat ia agak bergoyang setiap beberapa saat, aku beranggapan bahwa ia memiliki masalah dengan keseimbangannya.
Walaupun aku berasumsi ia berbicara padaku, namun dia jelas-jelas melihat kearah lain.
"1-19-4 Kasugatani, apartemen 201"
Nafasku tercekat. Itu adalah tempat dimana aku tinggal, tepat dibawah nomor apartemen.
"ti-tidak, maafkan aku. Aku tidak tau dimana itu." Aku tidak tau harus berbuat apa dengan perempuan ini dan membuat nada suaraku sangat jelas ketika aku menjawabnya.
Ketika kembali, ia membungkuk dengan cara yang aneh sehingga membuat ku berpikir ia dapat mematahkan bagian setengah keatas tubuhnya. Lalu ia kembali berdiri dan lanjut berjalan dengan tidak seimbang.
"sialan..."
Aku mengambil jalan memutar untuk kembali ke apartemen untuk berjaga-jaga ia mengikutiku. Ketika aku sampai di depan pintu, aku memutar pegangan untuk memastikan semuanya masih terkunci. Pintunya tidak terbuka, aku menghela napas lega dan segera membuka kuncinya dan masuk kedalam. Aku menutup pintu dan kembali menguncinya dan berjanji untuk tidak membukakan pintu pada tengah malam.
"Bisakah kamu memberitahuku bagaimana cara ke apartemen temanku?" Suara perempuan datang entah dari mana dalam kegelapan apartemen.
Aku berputar-putar dan melihat perempuan tinggi berdiri disana. Pakaiannya terlihat compang-camping, dan kakinya kurus. Dengan melihat ia agak bergoyang setiap beberapa saat, aku beranggapan bahwa ia memiliki masalah dengan keseimbangannya.
Walaupun aku berasumsi ia berbicara padaku, namun dia jelas-jelas melihat kearah lain.
"1-19-4 Kasugatani, apartemen 201"
Nafasku tercekat. Itu adalah tempat dimana aku tinggal, tepat dibawah nomor apartemen.
"ti-tidak, maafkan aku. Aku tidak tau dimana itu." Aku tidak tau harus berbuat apa dengan perempuan ini dan membuat nada suaraku sangat jelas ketika aku menjawabnya.
Ketika kembali, ia membungkuk dengan cara yang aneh sehingga membuat ku berpikir ia dapat mematahkan bagian setengah keatas tubuhnya. Lalu ia kembali berdiri dan lanjut berjalan dengan tidak seimbang.
"sialan..."
Aku mengambil jalan memutar untuk kembali ke apartemen untuk berjaga-jaga ia mengikutiku. Ketika aku sampai di depan pintu, aku memutar pegangan untuk memastikan semuanya masih terkunci. Pintunya tidak terbuka, aku menghela napas lega dan segera membuka kuncinya dan masuk kedalam. Aku menutup pintu dan kembali menguncinya dan berjanji untuk tidak membukakan pintu pada tengah malam.
"Bisakah kamu memberitahuku bagaimana cara ke apartemen temanku?" Suara perempuan datang entah dari mana dalam kegelapan apartemen.
Credits: Okaruto
No comments:
Post a Comment